Thursday, September 19, 2013

#1 Usman Awang: Ibuku


Assalamualaikum


13 Dhul Qadah 1434 Hijrah


Ibuku mempunyai seribu mimpi
yang dipikulnya tiap hari
sambil menimangku ia pun menyanyi:
            timang tinggi-tinggi
            dapur tak berasap
            bila besar nanti
            jangan masuk lokap

Ibuku tidak mengenal buku dan sekolah
tiap pagi terbongkok-bongkok di lumpur sawah
menggaru betisnya yang dikerumuni lintah
hatinya selalu teringat
suaminya yang mati melarat
setelah dikerumuni lintah darat

Ibuku tangannya kasar berbelulang
mengangkat batu-bata bangunan
wajahnya dibedaki debu berterbangan.
Ibu tidak pernah mengenal supermarket
tinggal di bilik sempit
upah buruhnya sangat sedikit

Ibuku tidak punya peti TV
tidak berpeluang pula menontonnya
tidak pernah mengikuti laporan parlimen
atau ceramah bagaimana menambah jumlah penduduk
tidak pula tahu adanya forum kemiskinan
atau pertunjukan masak-masakan
dengan resepi yang sangat menakjubkan

Ibuku setiap pagi berulang ke kilang
bekerja dengan tekun hingga ke malam
mikroskop itu menusuk matanya dengan kejam
kaburlah mata ibu diselaputi logam

Ibuku tidak tahu tentang hak asasi
apalagi tentang seni dan puisi.

Jika ditanya makna melabur
nama-nama saham yang menjanjikan makmur
atau tentang dasar pandang ke timur
ibu tersenym menunjukkan mangkuk bubur
yang melimpah kanji beras hancur

O ibuku sayang
di negerimu kau menumpang
sesekali terdengar ibu menyanyi
pantun tradisi caranya sendiri
            Siakap senohong,
            gelama ikan duri,
            bercakap bohong,
           tak boleh jadi menteri

Nukilan sasterawan negara, Usman Awang 1984


No comments: